STRATEGI INDOMIE MERAJAI PASAR MIE INSTAN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi
salah satu tugas pada mata kuliah Manajemen
Pemasaran
Jurusan Syariah Program
Studi Ekonomi Syariah (EKSYAR)
STAIN Watampone
Semester VI
Oleh :
ANDI
MARMAN
01
09 3082
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
WATAMPONE
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan Rahmad dan Hidayah_Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah manajemen Pemasaran ini.
Pada kesempatan ini penulis juga
ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua para pembaca dan ingin
menguraikan atau mengulas sedikit mengenai Indomie merajai pasar mie instant
dan strategi pemasaran apa yang dilakukan oleh PT. Indofood dalam
memasarkan produknya . Untuk melengkapi tugas mata kuliah Manajemen Pemasaran
penulis harapkan kepada semua pihak ataupun kepada semua para pembaca
agar dapat memberikan bantuan dalam penyelesaian makalah ini berupa kritikan
dan saran.
Penulis juga menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengharapkan agar
supaya karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis
sendiri dalam hal menambah wawasan penulis dalam pembahasan makalah ini.
Watampone,19 Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan
Penulis 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
C. Pasang
Surut PT. Indofood Dalam Memasarkan Produk 11
D. Strategi
Pemasaran Yang Paling Efektif Menurut Penulis 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 19
B. Saran 20
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perubahan gaya hidup
acap mempengaruhi pola konsumsi masyarakat. Salah satu dari perubahan itu
adalah digemarinya mie instan sebagai makanan substitusi nasi. Bahkan kian hari
produk ini kian menjadi makanan pilihan konsumen, karena selain praktis dan
harganya terjangkau, mie instan juga cukup mengenyangkan perut.
Perkembangan produksi
mie instan di Indonesia memperlihatkan suatu peningkatan yang positif, walaupun
pada tahun 2006 sempat mengalami suatu penurunan produksi. Secara kuantitas,
produksi mie instant dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dengan tren yang
positif. Hal ini menunjukkan suatu prospek yang cukup baik bagi industri mie
instan ini pada masa yang akan datang. PT. Indofood Sukses Makmur menjadikan mutu
dan kepuasan pelanggan sebagai basis bagi perencanaan yang dilakukan oleh
perusahaan. Oleh karena itu keinginan dan kebutuhan konsumen harus diperhatikan
oleh produsen karena kebutuhan ini akan senantiasa berubah. Perkembangan produk
mie instan yang sudah dianggap sebagai makanan cepat saji dan bahkan sebagai
makanan pokok, menyebabkan tingkat persaingan pada industri mie instan ini
semakin tinggi.
B.
Rumusan masalah
Dengan latar belakang
yang telah ada maka penulis dapat menemukan perumusan masalah yaitu membahas
tentang “Strategi Indomie Merajai Pasar Mie Instant”
C.
Tujuan Penulis
Adapun tujuan
dari penulisan makalah ini adalah sebagai untuk mengetahui dan memahami
tentang apa itu “Strategi Indomie Merajai Pasar Mie Instant”.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Strategi
Pemasaran PT.Indofood
1.
Pengaruh Biaya Promosi
dan Biaya Distribusi Terhadap Penjualan
Pengaruh Biaya Promosi dan Biaya Distribusi Terhadap Penjualan Pada PT.
Indofood Sukses Makmur, TBK. Dalam bauran pemasaran dikenal dengan produk, harga,
promosi, dan distribusi yang tujuannya untuk meningkatkan penjualan. Promosi
adalah kegiatan pemasaran yang sangat penting bagi perusahaan untuk
memperkenalkan produknya kepada konsumen, sedangkan distribusi merupakan proses
pendistribusian produk dan jasa yang sesuai dan terorganisir sehingga terjadi
keefektifan penjualan.
Kegiatan promosi harus sejalan dengan rencana pemasaran yang diarahkan dan
dikendalikan untuk mengembangkan laju perusahaan. Promosi yang tidak terkendali
akan menurunkan tingkat penjualan, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk
promosi merupakan pemborosan, sedangkan saluran distribusi dipakai oleh semua
perusahaan untuk memproduksi barang dengan kualitas yang baik, namun banyak
pula yang gagal memenuhi target pasarnya. Keadaan ini disebabkan oleh kebijakan
distribusi yang kurang tepat sehingga barang yang dihasilkan kurang laku
dipasar dan menyebabkan banyak konsumen merasa kurang puas. Dengan demikian,
saluran distribusi memeliki peranan penting bagi kelangsungan hidup dan tumbuh
perusahaan.
2.
Saluran Distribusi
Setiap perusahaan barang dan jasa tidak akan lepas dari masalah penyaluran
barang yang dihasilkan atau barang yang akan dijual ke konsumen. Para produsen
berhak menentukan kebijakan distribusi yang akan dipilih dan disesuaikan dengan
jenis barang serta luasnya armada penjualan yang akan digunakan. Jika
perusahaan berada dalam persaingan yang semakin tajam, perusahaan harus segera
mengadakan penelitian terhadap pasarnya. Penelitian tersebut untuk mengetahui
kebutuhan serta selera konsumen dan jika mungkin menstimulir permintaan serta
menciptakan langganan (Kotler, 2006). Ada beberapa alternatif yang mungkin
dipilih penjual dalam mendistribusikan produknya kepada konsumen, yaitu :
(1) manufaktur → konsumen,
(2)
manufaktur → pedagang
eceran → konsumen,
(3)
manufaktur → pedagang
besar → pedagang eceran → konsumen dan
(4)
manufaktur → agen →
pedagang besar → pedagang eceran →konsumen
3.
Visi Perusahaan dan
Kegiatan Pemasaran
Visi Indofood Sukses Makmur, Tbk. Adalah menciptakan pilihan menjadi
penyedia utama makanan dan consumer products bermerek terkemuka bagi jutaan
consumen di Indonesia dan juga diberbagai penjuru dunia. PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk. Mempunyai 63 perusahaan termasuk anak cabangnya dengan jaringan
distribusinya meliputi lebih dari 350 depot dengan jumlah karyawan tetap sampai
dengan 31 Desember 2006 sebanyak 49.367 karyawan tetap dan 1200 kendaraan
operasional yang kegiatan pemasaran memegang peranan sangat penting dalam
menjual produknya kepada masyarakat dengan cara :
a)
penjualan langsung,
yaitu dilakukan dengan menggunakan armada penjualan sendiri yang beroprsi di
DKI Jakarta, Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi,
b)
penjualan tidak
langsung, meliputi wilayah pemasaran di seluruh Indonesia. Dilakukan lewat
distributor lalu pengecer dan grosir baru ke konsumen akhir, dan
c)
lewat promosi, melalui
media cetak maupun elektronik.
4.
Strategi Pemasaran
Dominasi PT Indofood Sukses Makmur Tbk begitu kuat walaupun sudah terjadi
pergeseran. Tahun 2002 Indomie menguasai sekitar 90% pasar mie instan, tahun
lalu menurun menjadi 75%. Sisanya yang 25% dikeroyok merk mie instan lainnya.
Kemunduran itu patut diwaspadai. Apalagi baru-baru ini muncul produk-produk
baru, seperti mie sedap milik PT Sayap Mas Utama yang merupakan grup dari
kelompok Wings yang diluncurkan pada Mei 2003 dan baru didistribusikan di Pulau
Jawa dan Bali, namun namanya sudah mulai diperbincangkan di kalangan pembeli di
warung-warung, bahkan pasar swalayan.
Ketatnya persaingan produk mi instan disadari benar oleh manajemen PT Indofood.
Sumber yang tidak mau disebut namanya mengakui bahwa saat ini penguasaan
Indofood terhadap pasar mi instan menurun dari 90% menjadi 75%. Meski terjadi
penurunan penguasaan pasar, namun divisi mie instan tetap dapat meraih kenaikan
penjualan sebesar 6,6% menjadi Rp4,5 triliun dibanding Rp4,2 triliun pada
periode yang sama 2002. Kenaikan itu antara lain dipengaruhi lebih tingginya
harga jual rata-rata. Selain itu, hingga saat ini divisi mi instan tetap dapat
mempertahankan volume penjualannya sebesar 7,3 miliar bungkus.
Tentang strategi menghadapi persaingan, Indofood akan menerapkan strategi
Mastering The Present, Pre-empting the Future. Strategi ini antara lain fokus
kepada organic growth, memanfaatkan competitive advantage melalui scale, scope,
span, dan speed. Selain itu akan menjalankan program cost efficiency and cost
cutting. Di samping itu tetap melanjutkan segmentasi para konsumennya dengan
memperkenalkan produk-produk dengan higher price and higher margin.
Perubahan gaya hidup acap mempengaruhi pola
konsumsi masyarakat. Salah satu dari perubahan itu adalah digemarinya mie
instan sebagai makanan substitusi nasi. Bahkan kian hari produk ini kian
menjadi makanan pilihan konsumen, karena selain praktis dan harganya
terjangkau, mie instan juga cukup mengenyangkan perut. Saat ini, Indofood masih
merajai pasar mie instan di Indonesia, sekaligus merupakan perusahaan mie
instan terbesar di dunia dengan kapasitas produksi 13 milyar bungkus. Selain
Supermi, Sarimi, dan Sakura, Indomie merupakan merek andalan Indofood. Begitu
kuatnya citra Indomie di pasar sehingga sebagian masyarakat menganggap seolah
mie instan itu adalah Indomie (Indomie menjadi Top of Mind mie instan).
Dalam Top Brand Index (TBI) periode 2006-2008, Indomie menduduki posisi
pertama dengan TBI berturut-turut 65,8% , 66,5% , dan 71,4% pada tahun 2006,
2007, dan 2008 (David, S.S., 2008, Majalah Marketing-Edisi Khusus TOP
BRAND).
Keberhasilan Indomie terus bercokol di urutan teratas Top
Brand adalah berkat konsistensi Indomie dalam menjalankan strategi kunci
3A:
·
Acceptability, yaitu rasa Indomie yang sudah bisa diterima di lidah konsumen (Product).
·
Avalaibility, produk Indomie mudah diperoleh dimana saja (Place)
·
Affordability, tercermin dari harga eceran Indomie yag terjangkau (Price)
Sekarang mari kita
tinjau dari sisi produk, harga, distribusi, dan promosi yang dilakukan PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk. terhadap Indomie :
1.
Product (Produk)
Brand name yang digunakan adalah
Indomie. Satu bungkus Indomie standard memiliki massa 85 gram, dan terdapat 2
sachet berisi 5 bumbu-bumbuan yang disertakan, yaitu kecap manis, saus sambal,
minyak palm, bubuk perasa dan bawang goreng. Indomie juga tersedia dalam versi
jumbo dengan massa 120 gram (Anonim, 2008). Indomie memiliki rasa yang sesuai dengan selera orang Indonesia. Indomie
pun selalu berusaha memenuhi keinginan konsumen yang semakin banyak, terbukti
dengan semakin bertambahnya variasi produk Indomie, mulai dari mie goreng, mie
soup, mie regional (mie dengan variasi rasa sesuai dengan masakan tradisional
daerah-daerah Indonesia), mie premium, serta mie jumbo.
Jenis -Jenis Produk Indomie
2.
Price (Harga)
Indomie selain dapat
dibeli perbungkus, dapat juga dibeli dengan paket 5 bungkus atau paket 1 kardus
berisi 30 atau 40 indomie. Harga Indomie juga sangat murah dan terjangkau bagi
semua kalangan masyarakat, di Indonesia, perbungkus indomie dihargai hanya
sekitar Rp. 900,- ( Anonim, 2008).
3.
Place
Group Distribusi
Indofood memiliki jaringan distribusi terluas di Indonesia, menembus sampai
hampir ke setiap sudut kepualuan. Jumlah titik stok (gudang) semakin
diperbanyak secara agresif sejak tahun 2005, sehingga mampu menyediakan
penetrasi yang lebih luas melalui rantai suplai dan penghantaran. Gudang stok
ditempatkan pada area-area yang memiliki outlet retail yang banyak, termasuk
pasar tradisional, sehingga setiap gudang dapat melayani masing-masing area
geografis dalam waktu yang sesingkat mungkin (www.indofood.com). Di Yogyakarta agen-agen Indofood juga bekerjasama dalam menyediakan
Indomie dengan warung-warung seperti Burjo (warung yang menyediakan bubur
kacang hijau dan mie instan/mie goreng sebagai menu utama)
4.
Promotion
Promosi merupakan aktivitas pemasaran untuk
mengkomunikasikan informasi tentang perusahaan dan produknya kepada konsumen
sehinggga menciptakan permintaan (Burnett, 2000). Untuk dapat mengkomunikasikan
produknya dengan efektif, perusahaan harus menentukan terlebih dahulu pasar
sasarannya (target market) dan mengkombinasikan dengan alat promosi seperti
periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, pemasaran langsung dan
tenaga penjual sedemian rupa sehingga konsumen dapat mengenal produk perusahaan
dan tertarik untuk membeli produk tersebut (Payne, 2000).
- Tagline : Indomie Seleraku
- Iklan :
billboard, iklan TV, sponsor acara
- Event :
Indomie menggelar ajang membuat lagu ”jingle” untuk pelajar SMA, acara
tersebut berjudul Jingle Dare, yang berlangsung pada 24 April 2008.
- Pembuatan Shop Sign (Spanduk
Nama Burjo dengan tema Indomie untuk setiap Burjo di Yogyakarta)
Ditinjau dari aspek product life-cycle, Indomie saat ini berada pada
posisi mature, sudah stabil, memiliki brand equity yang sangat
kuat sehingga dapat bertahan sebagai Top of Mind merek mie instan. Pada
tahap ini Indomie tidak boleh lengah, dalam artian Indomie masih tetap harus
mengadakan promosi untuk me-remind customer bahwa Indomie masih exsist,
dan selalu berinovasi untuk merejuvenasi produk maupun strategi promosinya.
Indomie sempat direbut pangsa pasarnya oleh Mie Sedaap (muncul tahun 2003)
sehingga pangsa pasar Indomie menurun, meskipun masih tetap menguasai sebagian
besar pasar. Sejak saat itu, menyadari bahwa Mie Sedaap merupakan pesaing yang
cukup kuat, Indomie mulai “bangkit dari tidur panjangnya”, Indomie mulai gencar
beriklan lagi. Indomie menggunakan endorser artis terkenal seperti 3
Diva, Gita Gutawa, maupun non artis seperti remaja/pelajar. Indomie semakin
mengukuhkan bahwa dia masih menjadi mie instan nomor satu di Indonesia. Indomie
juga mengadakan acara ”Indomie Jingle Dare” untuk para pelajar SMA yang
bertujuan untuk lebih memodernisasi Jingle-nya. Hal ini dimaksudkan untuk lebih
meningkatkan brand awareness remaja/pelajar mengenai produk Indomie.
Indomie melihat remaja/pelajar sebagai customer masa depan, jadi sejak sekarang
Indomie mulai memberikan semacam ”edukasi” mengenai Indomie.
Di Yogyakarta, terdapat banyak sekali warung yang menyediakan menu mie
instan (disebut Burjo). Untuk membangun relationship dengan Burjo
(meskipun tidak semua Burjo), agen-agen Indofood menyalurkan langsung Indomie
kepada Burjo. Selain itu untuk memelihara eksistensinya, Indomie juga beriklan
dengan cara membuatkan spanduk bertema Indomie yang berisikan nama Burjo (shop
sign). Sehingga pada benak konsumen tertanam bahwa Burjo hanya menjual
produk Indomie. Hal ini juga merupakan bagian dari marketing mix Indomie.
C. Pasang Surut PT. Indofood Dalam Memasarkan Produk
Enam tahun lalu, Indofood masih menjadi penguasa
mutlak pasar mie instant Indonesia. Bayangkan, ketika itu Indofood menguasai
sekitar 90% pangsa pasar! Sebagai dominant market leader,
Indofood sempat terlena me-maintain pasarnya sehingga kesempatan ini
dimanfaatkan oleh pendatang baru Mie Sedaap dari WingsFood dan Mie Kare dari
Orang Tua Group.
Persaingan yang ”tiba-tiba” ketat ini menyebabkan
Indofood kehilangan pangsanya. Market share yang mencapai 90% itu
pelan-pelan tergerogoti sehingga sekarang tinggal 70%. Penjualan Indofood tetap
naik, namun ada sebagian pasar – bisa jadi konsumen baru – yang direbut oleh
merek baru. Sehingga di pasar yang sebenarnya tumbuh, pertumbuhan pasar
Indofood – karena besarnya – tidak mampu mengimbangi pertumbuhan pasar secara
total. Menyadari hal ini, Indofood ”bangkit” dari tidurnya. Raksasa mie instant
ini mengerahkan seluruh brand-nya untuk bertahan dan mengembalikan market
share yang direbut kompetitor.
Indofood sebetulnya pernah bereaksi atas serangan Mie
Sedaap dengan meluncurkan Indomie Kriuk, varian baru Supermi Sedaaap, dan gimmick
”Beli 5 Gratis 1” dalam rentang waktu yang cukup panjang. Reaksi Indofood yang
cenderung impulsif ini dinilai para pengamat kurang strategis, terlalu
pragmatis, ”terjebak permainan challenger”–kesalahan yang sering
dilakukan oleh big brands.
Tidak mau tersandung di batu yang sama untuk kedua
kalinya, tahun ini Indofood meluncurkan strategi marketing yang lebih
komprehensif yang lebih menunjukkan jati diri Indofood sebagai market leader.
Hampir semua brand dalam portfolio-nya disegarkan kembali dengan
kampanye baru maupun peluncuran produk baru. Indomie disegarkan dengan kampanye
”Selera Nusantara” yang lebih modern. Sarimi lebih difokuskan untuk membendung
produk unggulan Mie Sedaap Soto Ayam—dengan meluncurkan produk Sarimi Soto Koya
yang di-endorse oleh Luna Maya.
Sementara Supermi disegarkan dengan meluncurkan produk
baru: mie goreng rasa soto (GoSo), rasa bawang (GoBang), dan rasa kari (GoKar).
Indofood juga menggunakan Slank untuk meng-endorse Supermi—Supermi
tampaknya akan dijadikan brand unggulan kedua Indofood setelah Indomie yang
menyumbang hampir separuh omset divisi noodle Indofood. Akan halnya Pop Mie,
meskipun saat ini bisa dibilang melenggang sendiri tanpa head on competitor,
Indofood sudah mengantisipasinya dengan upaya building brand melalui
kampanye dan promosi di kalangan remaja.
Direktur Indofood Taufik Wiraatmadja membantah
agresivitas Indofood sebagai reaksi atau jawaban atas gencarnya program
pemasaran kompetitor. ”Kami tidak melihat kompetitor sebagai musuh. Kami
melihat kompetitor sebagai teman dalam usaha membesarkan pasar mi instant.
Masing-masing juga punya satu kesempatan untuk berinovasi,” kata Taufik
diplomatis.
Agresivitas Indofood belakangan ini juga menjadi
pembicaraan seru di komunitas Mix-MarketingClub. Ada yang mengapresiasi, ada
yang menilai negatif, ada pula yang membandingkannya dengan action
kompetitor. Seorang marketer yang enggan mengungkapkan jati dirinya menilai brand
concept Mie Sedaap lebih baik. Iklan Mie Sedaap versi Titi Kamal yang
menawarkan pesan ”mie yang bergizi,” katanya, jauh lebih cerdas dan berkonsep.
“Anda bisa bayangkan bagaimana kalau ternyata iklan tersebut mampu mengubah image
bahwa makan mie tidak sehat menjadi positive image. Hanya dengan
menambahkan kata ‘bervitamin dan bergizi’,” urai BrandMaker, demikian peserta
milis itu menyamarkan jati dirinya.
Padahal, lanjutnya, Indomie juga pernah mengusung tema
kampanye ”bergizi” seperti yang dilakukan Mie Sedaap saat ini. Tapi Indomie
tidak me-maintain kampanye itu. BrandMaker mengkhawatirkan kemiripan
target market—yang dipresentasikan oleh talent iklan Supermi, Pop Mie—akan
menyebabkan terjadinya kanibalisme atau ”perang saudara” antara sesama brand
Indofood.
Sementara itu, Harris Pranata Wijaya, pemasar yang
turut berkomentar di milis, beranggapan bahwa langkah Indofood mengepung Mie
Sedaap sangat tepat. Menurutnya, Indofood memiliki kelebihan dibanding Mie
Sedaap dalam hal brand portfolio. Indofood memiliki tiga brand
utama, yaitu Indomie, Supermi, dan Sarimi. Pop Mie tidak diitung karena
konsepnya berbeda. Sementara WingFood, hanya memiliki satu brand, Mie Sedaap.
Harris melihat brand portfolio Indofood dibuat bukan
berdasar segmentasi target market, melainkan berdasarkan segmentasi selera dan
harga yang diwujudkan dalam varian rasa. ”Kanibalisasi pasti akan terjadi. Tapi
hasilnya Indofood tetap akan unggul. Setidaknya, market share-nya
tidak akan turun lagi, malah mungkin akan meningkat,” ujar Harris memprediksi.
Kekhawatiran Indofood terhadap para pesaingnya sangat
dimaklumi. Menurut catatan MIX, pada 2002 Indofood masih menguasai pasar mie
sebesar 90%. Begitu Mie Sedap masuk pada Mei 2003, dengan rasa baru, harga
kompetitif, dan promo yang gebyar, pangsa pasar Indofood mulai goyah. Pada 2006
pangsa pasar Indofood turun, diperkirakan menjadi sekitar 75%–25% sisanya
diperebutkan oleh pesaingnya. Kini pangsa pasar Indofood tinggal 70%.
Menurut pemantauan MIX di sebuah minimarket di kawasan
Depok, Jawa Barat, Indomie merupakan produk mi instan paling laris (terjual 4-6
karton per hari), diikuti oleh Mie Sedaap (2-4 karton per hari), Supermi (1
karton), Kare (1 karton), Sarimi (½ karton), dan Pop Mie (20 pieces per hari).
Sedangkan produk baru Supermi GoSo, GoBang, dan GoKar pada masa penetrasi ini
terjual 2 karton sehari. ”Di antara merek-merek tersebut, hanya Mie Kare yang
sampai sekarang masih melakukan promosi ”beli 10 dapat 1 mangkuk,” tutur
Haidir, karyawan bagian merchandising minimarket yang dalam sehari dikunjungi
sekitar 500 orang ini.
Indofood memang layak khawatir karena agresivitas
pemasaran Mie Sedaap sangat gencar. Tidak hanya di above the line, di
tataran trade marketing pun Mie Sedaap begitu intense. Ronald
Sipahutar, moderator milis Marketing Club, mengamati Mie Sedaap agresif
mengakuisisi warung-warung Indomie siap saji.
Sejatinya, Warung Indomie adalah salah satu channel
Indofood yang dibangun dan dikembangkan sekian lama. Indofood mengajarkan para
pengelola warung membuat Indomie, men-support warung-warung mereka
dengan spanduk, sekaligus memonitor ketersediaan produk Indomie di sana. ”Saat
masih tinggal di Jogja, saya masih menemukan warung-warung dengan sisa spanduk
yang kumuh bertuliskan ‘Warung Indomie. Dan saat saya berbicara dengan pemilik
warung, dengan bangganya mereka mengatakan betapa bagusnya support Indomie saat
itu,” tutur Ronald.
Namun ketika Ronald menyambangi kembali Warung Indomie
langganannya, dia melihat warung tersebut juga mulai menjual Mie
Sedaap—walaupun, hanya beberapa bungkus. ”Saya juga melihat spanduk biru yang
bututnya sudah diganti dengan spanduk Warung Sedaap yang bagus dan kinclong.
Menurut pedagangnya, laku tidak laku Mie Sedaap-nya, dia diberikan insentif Rp
50 ribu per bulan,” ungkap Ronald mulai menangkap gejala sebuah aktivitas
akuisisi sedang berlangsung. ”Semoga kali ini Indomie tidak tutup mata dan
terlambat bertindak. Kecepatan beraksi dan ketepatan bertindak adalah cara jitu
memukul market leader,” ucap Ronald mengingatkan.
D. Strategi Pemasaran Yang Paling Efektif Menurut Penulis.
Menurut penulis strategi pemasaran yang paling efektif
dalam memasarkan produk indomie adalah dengan cara berikut, seperti : Iklan,
Event, Pembuatan Shop Sign.
1.
Iklan
Iklan adalah setiap bentu komunikasi nonpersonal
mengenai suatu organisasi, produk, servis atau ide yang di bayar oleh
satu ponsor yang diketahui.
Untuk iklan banyak sekali yang sudah dijalankan dan
malah dengan iklan itulah yang membuat semua orang tahu ternyata ada produk
baru, ternyata, muraah, ternyata indomie dan lain sebagainya.
Iklan ini biasanya di pasang di meddia cetak, media
elektronik, billboard, iklan di TV, sebagai sponsor acara, dan iklan lebih
terbaru sekarang yaitu gencarnya pemasangan iklan di media internet. Dengan
menggunakan iklan ini semua khalayak akan tahu dan dengan cepat menyebar
kemana-mana apalagi dengan televisi dan media internet yang begitu gencar saat
ini. Strategi pemasaran melalui iklan ini akan selalu tetap di adopsi dan di
pertahankan oleh PT. Indofood karena merupakan satu-satunya strategi yang
paling laris dan mnyeluruh.
Gambar diatas salah contoh iklan yaitu billboard
2.
Event
Event adalah kegitan yang dilakukan dengan
melakuakan roadshow atau membuat acara-acara meriah di suau wilayah ataupun
tempat. Dengan melakukan kegiatan event ini kita selaku produsen dan masyarakat
sebagai konsumen serasa lebih dekat dengan perusahaan ataupun produk yang
ditawarkan.
Event juga bertujuan menawarkan dan mempromosi
malah menjual produk yang di tawarkan. Biasanya event ini menghadirkan
orang-orang terkenal dan berpengaruh atau juga publik figur seperti artis,
motivator dan lain sebagainya sebagai daya tarik dari acara tersebut.
Salah satu dari kegiatan event yaitu seperti : Indomie menggelar
ajang membuat lagu ”jingle” untuk pelajar SMA, acara tersebut berjudul Jingle
Dare, yang berlangsung pada 24 April 2008.
Gambar diatas merupakan salah satu contoh event
3.
Pembuatan shop sign
Pembuatan shop sign ini adalah membuat pesan-pesan
yang menarik tentang produk yang kita tawarkan berupa spanduk dan itu kita beri
secra cuma-Cuma dan gratis kepada pihak warung dan kedai-kedai yang berada di
seluruh penjuru negeri indonesia dengan juga menampilkan nama toko,kedai dan
warung serta pemiliknya, namun dengan pihak warung atau kedai juga harus
bekersama dengan pihak produsen dalam hal memasarkan produk yang ingin di
pasarkan.
Dalam hal ini kedua belah pihak saling mendapat
keuntungan dan sampai saat ini startegi pemasaran ini masih digunakan dan
berjalan lancar sampai saat ini.
Salah sato contohnya pemasarannya yaitu seperti :
(Spanduk Nama Burjo dengan tema Indomie untuk setiap Burjo di Yogyakarta)
Itulah strategi yang paling efektif yang dapat
dijalankan oleh pihak PT. Indofood dan sampai saat ini strategi ini masih
digunakan dan penulis juga sependapat dengan apa yang dilakukan oleh
pihak PT. Indofood.
Gambar diatas merupakan
salah satu contoh dari pembuatan shop sign
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap tahunnya PT Indofood Sukses Makmur Tbk harus
mengendalikan biaya promosi agar biaya promosi yang di keluarkan untuk promosi
produk tidak mengeluarkan biaya yang terlalu banyak yang menjadi pemborosan
perusahaan dan supaya tingkat penjualan tidak menurun.
PT Indofood Sukses Makmur Tbk harus melakukan
pendistribusian yang sesuai dengan target pasar, produk yang yang dihasilkanpun
harus memenuhi dengan minat konsumen. Jika distribusi tidak sesuai dengan
target pasar maka barang yang diproduksi kurang mendapat minat dari konsumen.
Melihat produk dari perusahaan yang menjadi pesaing
perusahaan dengan melakukan riset terhadap pasar. Menambah unggulan-unggulan
terhadap produk yang akan dipasarkan, memperhatikan kualitas produk yang ingin
dipasarkan, melihat kebutuhan dari konsumen dan perusahaan melakukan gebrakan
yang menjadi daya tarik konsumen terhadap produk yang dipasarkan.
Jika dari biaya promosi, biaya distribusi, serta
strategi-strategi yang menjadi modal perusahaan dapat berjalan baik dan sesuai
dengan apa yang diinginkan, perusahaan tidak akan mengalami penurunan disetiap
tahun.
B. Saran
PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Indomie harus meningkatkan kewaspadaan
kepada produksi mie lain dengan melakukan promosi yang sangat agresif,
harus melakukan gebrakan yang sangat luar biasa, harganya di bawah dari produk
lain, ditambah keunggulan-keunggulan lain, menentukan kualitas produk, memiliki
kemampuan untuk mengidentifikasi mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen yang
heterogen, sehingga dapat mengetahui dengan jelas kebutuhan dan keinginan
konsumen tersebut sesuai dengan karakteristik dari masing-masing atau tidak.
Melakukan riset pemasaran yang dilakukan terhadap konsumen, sehingga dapat
diketahui kebutuhan dan keinginan konsumen akan suatu produk mie.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar